Friday, April 25, 2014

Pengaruh Pendidikan Terhadap Religious Doubt Pada Remaja (Mini Riset)

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah elemen yang begitu sangat penting dalam membantu manusia untuk menemukan eksistensi kemanusiaannya, baik itu pendidikan formal maupun non-formal. Pendidikan sendiri merupakan sebuah upaya atau usaha sadar untuk mengembangkan potensi manusia sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Ilmu dan tekhnologi sekarang juga sangat berkembang pesat, termasuk dalam memberikan kontribusinya terhadap proses pendidikan. Bahkan ilmu pernah menjadi sentral bagi beberapa pemikir-pemikir terdahulu. Seperti halnya Sigmud Freud yang menjadikan ilmu sebagai agamanya dan menjadi atheis.
Namun semakin hari orang semakin merasa bahwa ilmu saja tidak membuat mereka puas. Menurut Kontuwijoyo (2006: 35) tekhnologi, ilmu, dan menejemen menang membawa kemajuan, tetapi gagal membawa kebahagiaan. Inilah juga yang menjadi landasan Subandi yang mengatakan bahwa meskipun ilmu dan tekhnologi telah berkembang begitu pesatnya. Tetapi, banyak fenomena orang yang kembali kepada agama. Dimana agama menurutnya sebuah proses pengikatan diri dan upaya penjalinan hubungan antara manusia denagn kekuatan lain, yang melahirkan kehidupan yang lebih utuh, lengkap dan menyeluruh (Subandi, 2013: 39-41).
Dalam psikologi agama hal tersebut dinamakan rasa beragama. Menurut Susilaningsih (makalah disampaikan pada perkuliahan psikologi agama 2013) rasa beragama salah satunya bisa diartikan sebagai sesuatu perasaan bahwa ada sesuatu yang maha besar yang berkuasa atas diri dan alam semesta. Terkait dengan dengan rasa keberagamaan, pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rasa keberagamaan tersebut. Menurut Jalaluddin (2012: 291) bahwa meskipun para ahli masih berselisih paham terhadap asal-usul jiwa keagamaan, tetapi mereka sepakat bahwa pendidikan memiliki posisi dan peranan penting dalam menanamkan sikap dan rasa keberagamaan seseorang.
Pendidikan memang memiliki cakupan yang sangat luas, bisa merupakan pendidikan keluarga, lembaga, masyarakat dan sebagainya. Namun, dalam penelitian ini peneliti ingin fokus pada pendidikan yang bersifat formal keilmuaan atau bisa juga dikatakan jenjang formal pendidikan. Sehingga pertanyaan mendasar dalam penelitian ini adalah bahwa jika pada penjelasan tersebut diatas pendidikan dinilai memiliki peranan strategis untuk menenamkan rasa keberagamaan. Maka, dalam penelitian ini mencoba menemukan apakah pendidikan berpengaruh juga terhadap lahirnya keraguan beragama pada seseorang terhadap agama yang diimani dan dipercayainya selama ini. Keraguan ini dalam psikologi agama lebih dikenal dengan sebutan religious doubt.   
B.  Rumusan Masalah
Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Pendidikan Terhadap Religious Doubt Pada Remaja”. Mengacu pada latar belakang masalah diatas, untuk mempermudah maka peneliti membatasi masalah dan menyusun rumusan masalah. Adapun rumusan masalahnya adalah: Apakah pendidikan berpengaruh terhadap religious doubt pada remaja?
C.  Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Psikologi Agama dan untuk memperoleh gambaran apakah pendidikan berpengaruh terhadap religious doubt pada remaja. Sedangkan manfaat penelitian ini selain untuk menambah pengetahuan kita tentang psikologi agama melalui penelitian, juga diharapkan dengan penelitian ini kita mampu memperhatikan faktor-faktor yang bisa berakibat terhadap timbul religious doubt pada diri kita dan keluarga.
  

 BAB II
LANDASAN TEORI
A.  Pengertian Religious Doubt
Religious doubt atau keraguan beragama dapat diartikan sebagai sebuah sikap atau tingkah laku seseorang yang meragukan kebenaran agama yang dianutnya. Mengutip dari sebuah situs http://www.religioustolerance.org disana dijelaskan bahwa religious doubt dapat diartikan “a feeling of uncertainty toward, and a questioning of, religious teachings and beliefs”, atau sebuah perasaan yang tidak menentu dan selalu mempertayakan ajaran agama dan keyakinannya.
Menurut Susinalingsih bahwa religious doubt itu muncul pada masa remaja, sebab rasa agama masa kanak-kanak baru terbentuk melalui proses tanpa tanya. Remaja, secara fisik sudah berpenampilan dewasa, namun secara psikologis belum.  Ketidakseimbangan ini menjadikan remaja menempatkan remaja dalam suasana kehidupan batin terombang-ambing (strum and drang). Dalam upaya mengatasi hal tersebut para remaja cendrung untuk bergabung dengan teman sebayanya.
B.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Religious Doubt
Menurut Starbuck dari beberapa hasil penelitiannya (Jalaluddin, 2012: 78-79) ia menjelaskan bahwa penyebab timbulnya konflik dan keraguan itu pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Kepribadian, yang menyangkut salah tafsir dan jenis kelamin
a. Bagi seorang yang memiliki kepribadian introvert, maka kegagalan dalam mendapatkan pertolongan Tuhan akan menyebabkan salah tafsir akan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
b. Perbedaan jenis kelamin dan kematangan merupakan faktor yang menentukan dalam keraguan agama. Wanita yang lebih cepat matang dalam perkembangannya lebih cepat menunjukan keraguan daripada pria. Tetapi sebaliknya dalam kualitas dan kuantitas keraguan remaja putri lebih kecil jumlahnya. Disamping itu keraguan wanita lebih bersifat alami sedangkan pria bersifat intelek.
2. Kesalahan organisasi keagamaan dan pemuka agama
Pertentang-pertentangan yang terjadi didalam organisasi keagamaan dan tindak-tanduk pemuka agama yang jauh menyimpang dari nilai-nilai agama akan menimbulkan keraguan pada remaja.
3. Pernyataan kebutuhan manusia
Manusia memiliki sifat conservative (senang dengan yang sudah ada) dan dorongan curiosity (dorongan ingin tahu). Berdasarkan faktor bawaan ini maka keraguan memang harus ada pada diri manusia, karena hal itu merupakan pernyataan dari kebutuhan manusia normal. Ia terdorong untuk mempelajari ajaran agama dan kalau ada perbedaan-perbedaan yang kurang sejalan dengan apa yang telah dimilikinya akan timbul kerguan.
4. Kebiasaan
Seseorang yang terbiasa dengan tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu menerima kebenaran ajaran yang baru diterima atau dilihatnya. Misalnya seorang remaja protestan akan ragu dengan ajaran-ajaran yang ada di dalam Islam. Namun, keraguan ini ada yang menimbulkan rasa penasaran dan kemudian mereka berusaha mencari kebenaran dengan memperbandingkan kedua ajaran tersebut. Maka tidak tertutup kemungkinan mereka pindah agama.
5. Pendidikan
Dasar pengetahuan yang dimiliki seseorang sesuai dengan tingkat pendidikan yang ia miliki akan membawa pengaruh sikap terhadap ajaran agamanya. Terutama yang mengandung ajaran yang bersifat dogmatis. Apalagi adanya kemampuan mereka menafsirkan ajaran agamanya.
6. Percampuran agama dan mistik
Para remaja merasa ragu untuk menentukan antara agama dengan mistik. Sejalan dengan perkembangn masyarakat kadang secara tak disadari tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopang oleh praktek kebatinan dan mistik. Penyatuan unsur ini merupakan suatu dilema yang kabur bagi para remaja.
Selanjutnya, menurut Jalaluddin (2013) secara individu sering pula terjadi keraguan yang disebabkan beberapa hal antara lain mengenai : (1) Kepercayaan, (2) Tempat suci, (3) Alat perlengkapan keagaamaan (4) Fungsi dan tugas staf dalam lembaga keagamaan. (5) Pemuka agama (6) Perbedaab aliran dalam keagamaan, sekte (dalam agama Kristen) atau mazhab (Islam).
Menurut Susilaningsih, Diantar penyebab religious doubt adalah : (1) Early religious training, (2) Independent thinking, (3) Higher education, (4) Friend/family with different religious belief, (5) Dogmatic teaching, (6), Immorality among religious leaders, (7) Individual differences, dan (8) Conflicting between science and religion.
C.  Bentuk dan Ekspresi Religious Doubt
Diantara ekspresi yang dilahirkan dari religious doubt menurut Susilaningish adalah : (1) Seseorang yang memiliki keraguan dalam beragama itu terlihat skeptik terhadap hal-hal yang berbentuk keagamaan, (2) Seseorang akan meninggalkan segala macam tugas-tugas kewajiban yang diatur dalam agama, (3) Seseorang yang memiliki keraguan beragama juga akan melakukan konfrontasi atau selalu menghadap-hadapkan, membanding-bandingkan, mempertentangkan anatara ilmu pengetahuan dan ilmu agama.
Adapun menurut Krause and Wulff (http://www.religioustolerance.org), mengatakan bahwa keraguan itu mengakibatkan beberapa hal diantaranya :
1.    Can cause devout believers to disengage from religious practices such as prayer, from which they may have previously derived benefits.
2.    Can cause conflict with others in the congregation who have little doubt.
3.    Can cause feelings of guilt and shame. This may lead to a lessening of self esteem.
4.    Can lead to cognitive dissonance as believers try to harmonize conflicting and irresolvable points of view. They quote as one example theodicy: the paradox of a good God allowing massive amounts of evil in the word.
   Keragu-raguan yang demikian akan menjurus ke arah munculnya konflik keagamaan dalam diri para remaja, sehingga mereka dihadapkan kepada pemilihan antara mana yang baik dan yang buruk, serta antara yang benar dan salah. Konflik keagamaan ini ada beberapa macam, diantaranya : (1) Konflik keagamaan yang terjadi antara percaya dan ragu. (2) Konflik keagamaan yang terjadi antara pemilihan satu di antara dua macam agama atau ide keagamaan serta lembaga keagamaan. (3) Konflik keagamaan yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau sekularisme. (4) Konflik keagamaan yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalau dengan kehidupan keagamaan yang didasarkan atas petunjuk Ilahi. (Jalauddin, 2012 :80).

BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini kami menggunakan pendekatan kualitatif. Yaitu pendekatan yang berusaha menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh, dan tuntas sebagai suatu kesatuan kenyataan. Menurut pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai kenyataan hidup yang dinamis. Sehingga dengan penelitian ini data yang diperoleh tidak berupa angka-angka, tetapi lebih banyak deskripsi, ungkapan, atau makna-makna tertentu yang ingin disampaikan.
Dalam pendekatan ini kami menggunakan penelitian deskriptif. Deskriptif dimaksud untuk mendeskripsikan suatu situasi. Pendekatan deskriptif juga berarti untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok sosial secara akurat. Data yang muncul dalam penelitian kualitatif ini berbentuk kata-kata, dan bukan rangkaian angka.
B.  Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 2 orang mahasiswa yang sedang menyelesaikan studinya di universitas di Yogyakarta.
C.  Metode Pengumpulan Data
Data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Yaitu data yang didapat langsung dari responden atau subjek penelitian. Dalam penelitian ini data primer didapat dengan cara wawancara atau interview. Interview atau wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
D.  Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu dengan cara menelaah jawaban-jawaban yang dikumpulkan yang didapat dari subjek penelitian dan kemudian dilakukan interpretasi, uraian, menjabarkan dan menyusun serta dideskripsikan dengan penjelesan-penjelasan.

BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
A.  Pelaksanaan Penelitian
Langkah awal dari penelitian ini adalah mengumpulkan dan mempelajari sejumlah literature baik dari buku, makalah jurnal maupun artikel yang berkaitan dengan topik religious doubt remaja. Sebelum peneliti melakukan penelitian maka terlebih dahulu mempersiapkan instrumen yang digunakan yaitu, alat perekam, pedoman wawancara, dan instrumen lainnya untk menunjang kelancaran jalannya penelitian. Kemudian peneliti mencari subjek yang memenuhi kriteria.
B.  Hasil Penelitian
Dari pengumpulan data yang menggunakan metode wawancara peneliti memperoleh sebuah hasil yang menjelaskan bahwa pendidikan memang merupakan suatu faktor yang mempengaruhi religious doubt pada remaja. 
C.  Pembahasan
Pendidikan merupakan suatu upaya sadar untuk menanamkan sifat dan mengembangkan potensi yang telah dimiliki manusia sejak lahir. Selain itu pendidikan juga mampu menjadikan seseorang lebih kritis dalam memandang realitas yang ada disekitarnya. Namun, dalam pandangan psikologi agama dengan kualitas ilmu pengetahuan yang didapatnya melalui pendidikan, selain bisa menebalkan keimanan ia juga mampu menimbulkan reaksi keraguan dalam beragama.
Seperti dalam penelitian ini didapatkan data bahwa pendidikan sangat menempati posisi vital dalam melahirkan keraguan beragama seseorang. Saipul Hadi (23) seorang penganut agama Islam, mengatakan bahwa peranan agama dalam hidupnya begitu sangat fundamental dalam memahami dan menghayati hal-hal yang diluar logika, yang terjangkau oleh ilmu pengetahuan. Adapun menurut Muhammad Zulkarnaen (24), juga penganut agama Islam, bahwa peranan agama adalah memberikan arahan dan batasan berupa tindakan, baik itu kebaikan maupun kebaikan di dalam kehidupan.
Muhammad Zulkarnaen mengakui pernah ragu terhadap kebenaran agama yang dianut. Bahkan Saipul Hadi mengaku sering mengalami keraguan tersebut. Kedua subjek penelitian sama-sama mengakui bahwa pendidikan merupakan salah-satu aspek yang mempengaruhi keraguan beragama mereka. Pendidikan dalam konteks ilmu pengetahuan yang mereka anggap mempengaruhi diantaranya adalah filsafat, Islamic studies, sejarah, ushuluddin, ilmu yang bersifat multikultural, plural dan ilmu-ilmu normatif agama.
Ilmu pengetahuan tersebut diatas menurut pengakuan Muhammad Zulkarnaen secara perlahan mengajarkan untuk melepas segala bentuk perangkat-perangkat agama dengan mengiring agar mereka kembali berpikir untuk menjadi manusia yang beranjak dari titik nol. Dimana kemudian selanjutnya pada penerapannya ilmu pengetahuan tersebut menggiring pemikiran kritis untuk mencari agama berdasarkan keinginan individu tanpa ada intervensi dari luar atau orang lain. Persis dengan Muhammad Zulkarnaen menurut pengakuan Saipul Hadi, ilmu pengetahuan itu mempengaruhinya melalui cara berpikir kritis, aplikatif serta penanaman-penanaman dogma-dogma keilmuan. Melalui cara-cara berpikir yang netral dan juga tanpa ada intervensi dari latar belakang dan pengaruh outsider dan insider.
Maka dengan begitu dapat disimpulkan bahwa memang pendidikan atau ilmu pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap kemunculan keraguan beragama dalam diri seseorang. Pendidikan merupakan faktor pendukung dalam mempengaruhi sikap terhadap ajaran agamanya. Remaja yang berpendidikan dan terpelajar menjadi lebih kritis dalam melihat agama yang dianutnya. Lebih-lebih sebagaimana menurut Jalaluddin terhadap ajaran-ajaran agama mereka yang bersifat dogmatis, apalagi jika ia memliki kemampuan dalam menafsirkan ajaran agama dengan cara-cara yang bersifat rasional.
Oleh karena itu, pendidikan atau ilmu pengetahauan yang didapat baik itu secara langsung maupun tidak langsung hendaknya tetap harus kita saring secara bijak dan baik. Ilmu pengetahuan kini sudah begitu pesat berkembang dan pergerakan pengetahuan yang begitu sangat dinamis sulit untuk dikontrol. Selain berhati-hati dalam menerima input pengetahuan dari luar kita juga terus berdoa agar terhindari dari segala ilmu pengetahuan yang menyesatkan kita dari Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta
______________, Metode Penelitian, Yogyalarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.
Nashori, Fuad, Agenda Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Peajar, 2010.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Agama Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta, 2013.
Subandi, Psikologi Agama dan Kesehatan Mental, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Umiarso & Zamroni, Pendidikan Pembebesan Dalam Prespektif Barat Dan Timur, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Text Widget

Followers