Pengaruh Pendidikan Terhadap Religious Doubt Pada Remaja (Mini Riset)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan sebuah elemen
yang begitu sangat penting dalam membantu manusia untuk menemukan eksistensi
kemanusiaannya, baik itu pendidikan formal maupun non-formal. Pendidikan
sendiri merupakan sebuah upaya atau usaha sadar untuk mengembangkan potensi
manusia sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Ilmu dan tekhnologi
sekarang juga sangat berkembang pesat, termasuk dalam memberikan kontribusinya
terhadap proses pendidikan. Bahkan ilmu pernah menjadi sentral bagi beberapa
pemikir-pemikir terdahulu. Seperti halnya Sigmud Freud yang menjadikan
ilmu sebagai agamanya dan menjadi atheis.
Namun semakin hari orang semakin merasa
bahwa ilmu saja tidak membuat mereka puas. Menurut Kontuwijoyo (2006:
35) tekhnologi, ilmu, dan menejemen menang membawa kemajuan, tetapi gagal
membawa kebahagiaan. Inilah juga yang menjadi landasan Subandi yang mengatakan bahwa
meskipun ilmu dan tekhnologi telah berkembang begitu pesatnya. Tetapi, banyak
fenomena orang yang kembali kepada agama. Dimana agama menurutnya sebuah proses
pengikatan diri dan upaya penjalinan hubungan antara manusia denagn kekuatan
lain, yang melahirkan kehidupan yang lebih utuh, lengkap dan menyeluruh
(Subandi, 2013: 39-41).
Dalam psikologi agama hal tersebut
dinamakan rasa beragama. Menurut Susilaningsih (makalah disampaikan pada
perkuliahan psikologi agama 2013) rasa beragama salah satunya bisa diartikan
sebagai sesuatu perasaan bahwa ada sesuatu yang maha besar yang berkuasa atas
diri dan alam semesta. Terkait dengan dengan rasa keberagamaan, pendidikan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rasa keberagamaan tersebut.
Menurut Jalaluddin (2012: 291) bahwa meskipun para ahli masih berselisih paham
terhadap asal-usul jiwa keagamaan, tetapi mereka sepakat bahwa pendidikan
memiliki posisi dan peranan penting dalam menanamkan sikap dan rasa
keberagamaan seseorang.
Pendidikan memang memiliki cakupan
yang sangat luas, bisa merupakan pendidikan keluarga, lembaga, masyarakat dan
sebagainya. Namun, dalam penelitian ini peneliti ingin fokus pada pendidikan
yang bersifat formal keilmuaan atau bisa juga dikatakan jenjang formal
pendidikan. Sehingga pertanyaan mendasar dalam penelitian ini adalah bahwa jika
pada penjelasan tersebut diatas pendidikan dinilai memiliki peranan strategis
untuk menenamkan rasa keberagamaan. Maka, dalam penelitian ini mencoba
menemukan apakah pendidikan berpengaruh juga terhadap lahirnya keraguan
beragama pada seseorang terhadap agama yang diimani dan dipercayainya selama
ini. Keraguan ini dalam psikologi agama lebih dikenal dengan sebutan religious
doubt.
B. Rumusan
Masalah
Penelitian
ini mengambil judul “Pengaruh Pendidikan Terhadap Religious Doubt Pada Remaja”.
Mengacu pada latar belakang masalah diatas, untuk mempermudah maka peneliti
membatasi masalah dan menyusun rumusan masalah. Adapun rumusan masalahnya
adalah: Apakah pendidikan berpengaruh terhadap religious doubt pada remaja?
C. Tujuan dan
Manfaat Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir Mata Kuliah
Psikologi Agama dan untuk memperoleh gambaran apakah pendidikan
berpengaruh terhadap religious doubt pada remaja. Sedangkan manfaat penelitian
ini selain untuk menambah pengetahuan kita tentang psikologi agama melalui
penelitian, juga diharapkan dengan penelitian ini kita mampu memperhatikan
faktor-faktor yang bisa berakibat terhadap timbul religious doubt pada
diri kita dan keluarga.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Religious Doubt
Religious doubt atau keraguan beragama dapat
diartikan sebagai sebuah sikap atau tingkah laku seseorang yang meragukan
kebenaran agama yang dianutnya. Mengutip dari sebuah situs http://www.religioustolerance.org disana dijelaskan bahwa religious doubt dapat diartikan “a
feeling of uncertainty toward, and a questioning of, religious teachings and
beliefs”, atau sebuah perasaan yang tidak menentu dan selalu mempertayakan
ajaran agama dan keyakinannya.
Menurut Susinalingsih bahwa religious
doubt itu muncul pada masa remaja, sebab rasa agama masa kanak-kanak baru
terbentuk melalui proses tanpa tanya. Remaja, secara fisik sudah berpenampilan
dewasa, namun secara psikologis belum.
Ketidakseimbangan ini menjadikan remaja menempatkan remaja dalam suasana
kehidupan batin terombang-ambing (strum and drang). Dalam upaya mengatasi
hal tersebut para remaja cendrung untuk bergabung dengan teman sebayanya.
B.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Religious Doubt
Menurut Starbuck dari beberapa hasil
penelitiannya (Jalaluddin, 2012: 78-79) ia menjelaskan bahwa penyebab timbulnya
konflik dan keraguan itu pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
1. Kepribadian,
yang menyangkut salah tafsir dan jenis kelamin
a. Bagi seorang
yang memiliki kepribadian introvert, maka kegagalan dalam mendapatkan
pertolongan Tuhan akan menyebabkan salah tafsir akan sifat-sifat Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
b. Perbedaan
jenis kelamin dan kematangan merupakan faktor yang menentukan dalam keraguan
agama. Wanita yang lebih cepat matang dalam perkembangannya lebih cepat
menunjukan keraguan daripada pria. Tetapi sebaliknya dalam kualitas dan kuantitas
keraguan remaja putri lebih kecil jumlahnya. Disamping itu keraguan wanita
lebih bersifat alami sedangkan pria bersifat intelek.
2. Kesalahan
organisasi keagamaan dan pemuka agama
Pertentang-pertentangan
yang terjadi didalam organisasi keagamaan dan tindak-tanduk pemuka agama yang
jauh menyimpang dari nilai-nilai agama akan menimbulkan keraguan pada remaja.
3. Pernyataan
kebutuhan manusia
Manusia
memiliki sifat conservative (senang dengan yang sudah ada) dan dorongan
curiosity (dorongan ingin tahu). Berdasarkan faktor bawaan ini maka keraguan
memang harus ada pada diri manusia, karena hal itu merupakan pernyataan dari
kebutuhan manusia normal. Ia terdorong untuk mempelajari ajaran agama dan kalau
ada perbedaan-perbedaan yang kurang sejalan dengan apa yang telah dimilikinya
akan timbul kerguan.
4. Kebiasaan
Seseorang yang
terbiasa dengan tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu menerima kebenaran
ajaran yang baru diterima atau dilihatnya. Misalnya seorang remaja protestan
akan ragu dengan ajaran-ajaran yang ada di dalam Islam. Namun, keraguan ini ada
yang menimbulkan rasa penasaran dan kemudian mereka berusaha mencari kebenaran
dengan memperbandingkan kedua ajaran tersebut. Maka tidak tertutup kemungkinan
mereka pindah agama.
5. Pendidikan
Dasar pengetahuan
yang dimiliki seseorang sesuai dengan tingkat pendidikan yang ia miliki akan
membawa pengaruh sikap terhadap ajaran agamanya. Terutama yang mengandung
ajaran yang bersifat dogmatis. Apalagi adanya kemampuan mereka menafsirkan
ajaran agamanya.
6. Percampuran
agama dan mistik
Para remaja
merasa ragu untuk menentukan antara agama dengan mistik. Sejalan dengan
perkembangn masyarakat kadang secara tak disadari tindak keagamaan yang mereka
lakukan ditopang oleh praktek kebatinan dan mistik. Penyatuan unsur ini
merupakan suatu dilema yang kabur bagi para remaja.
Selanjutnya, menurut Jalaluddin
(2013) secara individu sering pula terjadi keraguan yang disebabkan beberapa
hal antara lain mengenai : (1) Kepercayaan, (2) Tempat suci, (3) Alat
perlengkapan keagaamaan (4) Fungsi dan tugas staf dalam lembaga keagamaan. (5)
Pemuka agama (6) Perbedaab aliran dalam keagamaan, sekte (dalam agama Kristen)
atau mazhab (Islam).
Menurut Susilaningsih, Diantar
penyebab religious doubt adalah : (1) Early religious training, (2) Independent
thinking, (3) Higher education, (4) Friend/family with different religious
belief, (5) Dogmatic teaching, (6), Immorality among religious leaders, (7)
Individual differences, dan (8) Conflicting between science and religion.
C.
Bentuk dan Ekspresi Religious Doubt
Diantara ekspresi yang dilahirkan
dari religious doubt menurut Susilaningish adalah : (1) Seseorang yang memiliki
keraguan dalam beragama itu terlihat skeptik terhadap hal-hal yang berbentuk
keagamaan, (2) Seseorang akan meninggalkan segala macam tugas-tugas kewajiban
yang diatur dalam agama, (3) Seseorang yang memiliki keraguan beragama juga
akan melakukan konfrontasi atau selalu menghadap-hadapkan,
membanding-bandingkan, mempertentangkan anatara ilmu pengetahuan dan ilmu
agama.
Adapun menurut Krause and Wulff
(http://www.religioustolerance.org), mengatakan bahwa keraguan itu
mengakibatkan beberapa hal diantaranya :
1.
Can cause devout believers to
disengage from religious practices such as prayer, from which they may have
previously derived benefits.
2.
Can cause conflict with others in
the congregation who have little doubt.
3.
Can cause feelings of guilt and
shame. This may lead to a lessening of self esteem.
4.
Can lead to cognitive dissonance as
believers try to harmonize conflicting and irresolvable points of view. They
quote as one example theodicy: the paradox of a good God allowing massive
amounts of evil in the word.
Keragu-raguan
yang demikian akan menjurus ke arah munculnya konflik keagamaan dalam diri para
remaja, sehingga mereka dihadapkan kepada pemilihan antara mana yang baik dan
yang buruk, serta antara yang benar dan salah. Konflik keagamaan ini ada
beberapa macam, diantaranya : (1) Konflik keagamaan yang terjadi antara percaya
dan ragu. (2) Konflik keagamaan yang terjadi antara pemilihan satu di antara
dua macam agama atau ide keagamaan serta lembaga keagamaan. (3) Konflik
keagamaan yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau sekularisme.
(4) Konflik keagamaan yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalau
dengan kehidupan keagamaan yang didasarkan atas petunjuk Ilahi. (Jalauddin,
2012 :80).
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Pendekatan
Penelitian
Pada
penelitian ini kami menggunakan pendekatan kualitatif. Yaitu pendekatan yang
berusaha menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh, dan tuntas
sebagai suatu kesatuan kenyataan. Menurut pendekatan ini, objek penelitian
dilihat sebagai kenyataan hidup yang dinamis. Sehingga dengan penelitian ini
data yang diperoleh tidak berupa angka-angka, tetapi lebih banyak deskripsi,
ungkapan, atau makna-makna tertentu yang ingin disampaikan.
Dalam
pendekatan ini kami menggunakan penelitian deskriptif. Deskriptif dimaksud
untuk mendeskripsikan suatu situasi. Pendekatan deskriptif juga berarti untuk
menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok
sosial secara akurat. Data yang muncul dalam penelitian kualitatif ini
berbentuk kata-kata, dan bukan rangkaian angka.
B. Subjek
Penelitian
Subjek
penelitian adalah 2 orang mahasiswa yang sedang menyelesaikan studinya di
universitas di Yogyakarta.
C. Metode
Pengumpulan Data
Data yang
kami gunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Yaitu data yang didapat
langsung dari responden atau subjek penelitian. Dalam penelitian ini data
primer didapat dengan cara wawancara atau interview. Interview atau wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
D. Metode
Analisis Data
Analisis
data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu dengan cara menelaah
jawaban-jawaban yang dikumpulkan yang didapat dari subjek penelitian dan
kemudian dilakukan interpretasi, uraian, menjabarkan dan menyusun serta dideskripsikan
dengan penjelesan-penjelasan.
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL
PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
A.
Pelaksanaan Penelitian
Langkah
awal dari penelitian ini adalah mengumpulkan dan mempelajari sejumlah
literature baik dari buku, makalah jurnal maupun artikel yang berkaitan dengan
topik religious doubt remaja. Sebelum peneliti melakukan penelitian maka
terlebih dahulu mempersiapkan instrumen yang digunakan yaitu, alat perekam,
pedoman wawancara, dan instrumen lainnya untk menunjang kelancaran jalannya
penelitian. Kemudian peneliti mencari subjek yang memenuhi kriteria.
B.
Hasil Penelitian
Dari
pengumpulan data yang menggunakan metode wawancara peneliti memperoleh sebuah
hasil yang menjelaskan bahwa pendidikan memang
merupakan suatu faktor yang mempengaruhi religious doubt pada
remaja.
C.
Pembahasan
Pendidikan
merupakan suatu upaya sadar untuk menanamkan sifat dan mengembangkan potensi
yang telah dimiliki manusia sejak lahir. Selain itu pendidikan juga mampu
menjadikan seseorang lebih kritis dalam memandang realitas yang ada
disekitarnya. Namun, dalam pandangan psikologi agama dengan kualitas ilmu
pengetahuan yang didapatnya melalui pendidikan, selain bisa menebalkan keimanan
ia juga mampu menimbulkan reaksi keraguan dalam beragama.
Seperti
dalam penelitian ini didapatkan data bahwa pendidikan sangat menempati posisi
vital dalam melahirkan keraguan beragama seseorang. Saipul Hadi (23) seorang
penganut agama Islam, mengatakan bahwa peranan agama dalam hidupnya begitu
sangat fundamental dalam memahami dan menghayati hal-hal yang diluar logika,
yang terjangkau oleh ilmu pengetahuan. Adapun menurut Muhammad Zulkarnaen (24),
juga penganut agama Islam, bahwa peranan agama adalah memberikan arahan dan
batasan berupa tindakan, baik itu kebaikan maupun kebaikan di dalam kehidupan.
Muhammad
Zulkarnaen mengakui pernah ragu terhadap kebenaran agama yang dianut. Bahkan
Saipul Hadi mengaku sering mengalami keraguan tersebut. Kedua subjek penelitian
sama-sama mengakui bahwa pendidikan merupakan salah-satu aspek yang
mempengaruhi keraguan beragama mereka. Pendidikan dalam konteks ilmu
pengetahuan yang mereka anggap mempengaruhi diantaranya adalah filsafat,
Islamic studies, sejarah, ushuluddin, ilmu yang bersifat multikultural, plural
dan ilmu-ilmu normatif agama.
Ilmu
pengetahuan tersebut diatas menurut pengakuan Muhammad Zulkarnaen secara
perlahan mengajarkan untuk melepas segala bentuk perangkat-perangkat agama
dengan mengiring agar mereka kembali berpikir untuk menjadi manusia yang
beranjak dari titik nol. Dimana kemudian selanjutnya pada penerapannya ilmu
pengetahuan tersebut menggiring pemikiran kritis untuk mencari agama
berdasarkan keinginan individu tanpa ada intervensi dari luar atau orang lain. Persis
dengan Muhammad Zulkarnaen menurut pengakuan Saipul Hadi, ilmu pengetahuan itu
mempengaruhinya melalui cara berpikir kritis, aplikatif serta
penanaman-penanaman dogma-dogma keilmuan. Melalui cara-cara berpikir yang
netral dan juga tanpa ada intervensi dari latar belakang dan pengaruh outsider
dan insider.
Maka
dengan begitu dapat disimpulkan bahwa memang pendidikan atau ilmu pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap kemunculan keraguan
beragama dalam diri seseorang. Pendidikan merupakan faktor pendukung dalam
mempengaruhi sikap terhadap ajaran agamanya. Remaja yang berpendidikan dan terpelajar
menjadi lebih kritis dalam melihat agama yang dianutnya. Lebih-lebih sebagaimana
menurut Jalaluddin terhadap ajaran-ajaran agama mereka yang bersifat dogmatis,
apalagi jika ia memliki kemampuan dalam menafsirkan ajaran agama dengan
cara-cara yang bersifat rasional.
Oleh
karena itu, pendidikan atau ilmu pengetahauan yang didapat baik itu secara
langsung maupun tidak langsung hendaknya tetap harus kita saring secara bijak
dan baik. Ilmu pengetahuan kini sudah begitu pesat berkembang dan pergerakan
pengetahuan yang begitu sangat dinamis sulit untuk dikontrol. Selain
berhati-hati dalam menerima input pengetahuan dari luar kita juga terus berdoa
agar terhindari dari segala ilmu pengetahuan yang menyesatkan kita dari Allah
SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta
______________, Metode Penelitian,
Yogyalarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Jalaluddin, Psikologi Agama,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.
Nashori, Fuad, Agenda Psikologi
Islami, Yogyakarta: Pustaka Peajar, 2010.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi
Agama Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian
Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta, 2013.
Subandi, Psikologi Agama dan
Kesehatan Mental, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013
Suryabrata, Sumadi, Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Umiarso & Zamroni, Pendidikan
Pembebesan Dalam Prespektif Barat Dan Timur, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2011.